Senin, 31 Oktober 2016

Karakter Mukmin Sejati

Resume Kajian Tafsir
18 Oktober 2016
Lantai 3 Al Furqon UPI Bandung


Karakter Mukmin Sejati
Oleh Dr. Elan Sumarna, M. Ag

Ilmu agama adalah ilmu yang sifatnya fardu’ain (wajib bagi setiap orang muslim) sedangkan ilmu umum sifatnya adalah fardu kifayah. Kewajiban kita sebagai seorang muslim yaitu memahami hal-hal wajib dari ilmu agama, seperti memahami aqidah yang benar dan ibadah yang benar. Pemahaman kita terhadap ilmu agama akan menjadi pondasi untuk kita membangun ilmu umum.
Pemahaman kita tetang definisi wajib dan sunnah harus direkontruksi atau ditinjau ulang kembali. Selama ini kita memahami definisi wajib adalah suatu aturan yang apabila dilaksanakan mendapat pahala dan jika tidak maka berdosa. Sedangkan definisi sunnah adalah sesuatu yang apabila dilaksanakan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak apa-apa. Pemahaman seperti itu tidaklah salah tetapi penjelasan tersebut merupakan pemahaman yang diberikan guru ketika kita kecil atau saat belum baligh. Seiring dengan bertambahnya kapasitas berfikir dan kedewasaan kita pemahaman tersebut harus direkontruksi atau ditinjau ulang kembali. Karena akan terjadinya ketimpangan antara pemahaman kita ketika kecil dengan bertambahnya kapasitas berfikir dan kedewasaan. Ketimpangan seperti itu akan berpengaruh pada pelaksanaan ibadah sehari-hari kita.

Peninjauan Wajib dan Sunnah dalam pemahaman ilmu Syari’ah
Tinjauan: Yang dimaksud wajib adalah seperangkat hukum/aturan yang sifatnya wajib apabila salah satunya ditinggalkan maka gugur seluruhnya.

Sesungguhnya apabila sesorang meninggalkan sesuatu yang sempurna, dan yang sempurna itu adalah sesuatu hal yang wajib maka tercelalah orang yang meninggalkannya dan dihadapkan pada siksa. Apabila seseorang meninggalkan sesuatu yang sempurna, dan yang sempurna itu adalah sesuatu yang dianjurkan (sunnah) maka seseorang tidak terjerumus kedalam suatu keterputusan amalan pada apa yang disampaikan kalam Allah dan Rasulnya. Tentu saja kita juga tidak boleh mengabaikan persoalan itu.

Sesungguhnya amalan itu tidak dipilah mana yang wajib mana yang sunnah tetapi amalan itu semuanya menyempurnakan satu sama lain atau semuanya disebut al kamal (penyempurna-red). Al kamal itu ada dua yaitu: Al kamal Al Wajib dan Al Kamal Al Mustahab.
  1. Al Kamal Al Wajib = suatu kesempurnaan yang sifatnya wajib

Rasul menolak keabsahan shalat yang dilakukan arab badui karena ia menggugurkan satu kewajiban yang seharusnya ditunaikan yaitu meluruskan shaf  atau barisan (tidak boleh seseorang berada diluar shaf sendirian) karena yang dimaksud dengan kewajiban itu adalah seperangkat,  jika salah satunya tidak terpenuhi maka gugurlah seluruh amalan tersebut meskipun syarat wajib seperti membaca surat al fatihan dan syarat lainnya ia tunaikan. Sehingga Rasulullah memerintahkan arab badui tadi untuk mengulang shalatnya.
Tentang suatu kewajiban tadipun dijelaskan pula dalam Q. S. Al Hujurat ayat 15:
Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya dijalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
Dalam ayat ini dijelaskan karakter seorang mukmin yaitu:
  1. Beriman kepada Allah
  2. Beriman kepada Rasulullah
  3. Tidak ragu dengan keimanannya
  4. Berjihad dengan hartanya dan dengan dirinya dijalan Allah
Jika hal tersebut sudah terpenuhi merekalah orang yang benar perbuatan dan amalan hatinya. Adapun seseorang yang tidak melakukan jihad di jalan allah tetapi ia tetap beriman kepada Allah dan Rasulnya maka tidak sempurnalah karakter seorang muslim. Jihad dalam hal ini maksudnya yaitu jika dihadapkan pada kondisi perang dan ada pada garis depan peperangan maka jihadnya dengan berperang. Adapun bagi kita yang kondisinya tidak dalam kondisi perang maka jihadnya yaitu pada bagian lain misalnya dengan mengirimkan obat-obatan untuk membantu saudara kita atau yang lebih utama yaitu dengan mengurus komunitas atau menyiapkan generasi muslim yang baik akhlaknya dan bertakwa kepada Allah.
Ayat lain yang menerangkan tentang karakter seorang mukmin yaitu Q. S. Al-Anfal 2-4:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabbnyalah mereka bertawakkal, (QS. 8:2) (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. 8:3) Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia. (QS. 8:4)” (al-Anfaal: 2-4)
Ciri seorang mukmin menurut ayat ini yaitu:
  1. Bergetar hati saat dibacakan nama Allah
  2. Bertambah keimanan saat dibacakan ayat Allah
  3. Bertawakal kepada Allah dalam bentuk menegakkan shalat dan menginfakkan harta

Bertawakal kepada Allah merupakan kewajiban yang paling tinggi tingkatannya dari kewajiban-kewajiban lain. Seperti ikhlas kepada Allah pun merupakan kewajiban dan cinta kepada Allah dan Rasulnya juga kewajiban. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. At Tagabun ayat 13:

(Dia-lah) Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mu'min bertawakkal kepada Allah saja (Q.S. At-Tagabun: 13)
Demikian pula dijelaskan dalam Q. S. Ali Imran ayat 160 dan Q. S. Yunus: 84 bahwa perintah bertawakal kepada Allah adalah suatu perkara yang wajib.

Semua yang dijelaskan tentang karakter seorang muslim dari beberapa ayat diatas tadi merupakan hal yang wajib atau al kamal al wajib sehingga apabila salah satunya tidak dilaksanakan maka tidak sempurnalah keimanan seseorang mukmin.

  1. Al Kamal Al Mustahab = suatu kesempurnaan yang sifatnya dianjurkan
Merupakan amalan yang mencirikan keelokan seorang mukmin
(akan dibahas dipertemuan selanjutnya)
Load disqus comments

0 komentar