Bismillah
Ramadhan. Ramai umat muslim menyambutnya. Hari ini pun masih menjadi buah bibir masyarakat. Analogi-analogi tentang bulan Ramadhan dengan segala keistimewaannya menjadi kajian yang menarik untuk dibahas. Salah satunya adalah analogi yang disampaikan oleh Ust. Tata, dosen dari Fakultas Dakwah UIN SGD Bandung, saat saya mengikuti kajiaannya di ITC Al-Furqon UPI, Jum'at 03 April lalu. Sila disimak.
Bulan Ramadhan ini, saya ibaratkan seperti Universitas, Universitas Ramaadhan namanya.
Universitas ini hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang memenuhi syarat saja.
“Semua amalan bani adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat hingga 700 kali lipatnya, Allah ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, ia meninggalkan syahwat dan makannya karena aku, maka Aku yang akan membalasnya.’ Dan bagi orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya. Benar-benar mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum daripada harumnya misk.”
Begitulah spesialnya, ketika semua ibadah lain, seperti: shalat, zakat, puasa, haji adalah ibadah yang publish, artinya semua orang bisa melihatnya secara dzohir. Tapi puasa tidak, hanya kamu dan Allah yang tahu puasamu. Dan ini adalah salah satu bentuk kedewasaan spiritual.
Ada beberapa mata Kuliah utama yang diajarkan: - Shaum (yang didalamnya terdapat sub pelajaran, ada beberapa imsak dalam shaum ini:
Syarat pertama, yang harus dilewati adalah ia haruslah beriman. Syarat kedua setelah beriman, ia haruslah orang yang sudah baligh. Selanjutnya syarat ketiga, ia haruslah orang yang sehat, karena dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa orang sakit dan dalam keadaan safar diperbolehkan untuk tidak berpuasa.Dan bagi perempuan sedang tidak haid. Nah, berbahagialah Anda jika telah memenuhi syarat demikian. Dan hal yang paling istimewa dari Universitas ini adalah, Guru Besarnya langsung Allah swt, Rabbul 'alamiin. Yang akan langsung menilai para peserta perkuliahannya. Seperti yang Nabi saw sampaikan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim :
كُلّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْع مِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنُْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Semua amalan bani adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat hingga 700 kali lipatnya, Allah ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, ia meninggalkan syahwat dan makannya karena aku, maka Aku yang akan membalasnya.’ Dan bagi orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya. Benar-benar mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum daripada harumnya misk.”
Begitulah spesialnya, ketika semua ibadah lain, seperti: shalat, zakat, puasa, haji adalah ibadah yang publish, artinya semua orang bisa melihatnya secara dzohir. Tapi puasa tidak, hanya kamu dan Allah yang tahu puasamu. Dan ini adalah salah satu bentuk kedewasaan spiritual.
Ada beberapa mata Kuliah utama yang diajarkan: - Shaum (yang didalamnya terdapat sub pelajaran, ada beberapa imsak dalam shaum ini:
- Pertama, imsak dari makan, minum dan hawa nafsu, ini tingkatan yang paling sederhana.
- Kedua, panca indera artinya bahwa gunakan panca indera hanya untuk kebaikan saja, jika tidak terlalu penting lebih baik diam, dijaga. Melihat hanya yang boleh dilihat, mendengar hanya yang boleh didengar, berbicara hanya yang boleh diucapkan dsb.
- Dan tingkatan yang ketiga yang paling tinggi adalah tidak lupa kepada Allah barang sedetik pun.)
1.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya:
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (17: 1)
Bahwa keberkahan masjid juga pada sekelilingnya. Berkah itu kalau dalam bahasa sunda, Saeutik mahi, Loba nyesa. Maka seperti yang dituliskan Kutowijoyo dalam bukunya Muslim Tanpa Masjid, bahwa Pria pemberani adalah yang memakmurkan masjid. Juga bisyarah Rasulullah dalam hditsnya tentang 7 golongan yang akan dimasukkan ke dalam syurganya.
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَا
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:- Pertama, Pemimpin yang adil.
- Kedua, Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
- Ketiga, Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid.
- Keempat, Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah.
- Kelima, Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’.
- Keenam, Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
- Ketujuh, Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.” (HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)
0 komentar