Sahabat Quran yang di rahmati Allah Subhanahu wa ta'alaa. Pada kesempatan sebelumnya, kita telah membahas mengenai rukun-rukun puasa dan adab-adab puasa. Pada kesempatan yang berbahagia ini Insya Allah kita akan sedikit membahas tentang hal-hal yang membatalkan puasa. Mungkin sahabat sekalian sudah amat sangat faham terkait hal ini. Namun, tidak ada salahnya jika kita kembali mengulang dan mengulang karena setiap pengulangan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman,
وَذَكِّرۡ فَإِنَّ ٱلذِّكۡرَىٰ تَنفَعُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
"Dan tetaplah memberi peringatan (pengulangan), karena sesungguhnya peringatan (pengulangan) itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman" (Adz-Dzariyat :55)
6 hal yang membatalkan puasa
Pertama, Kedua, Makan dan minum dengan sengaja
Jika seseorang makan atau minum dalam keadaan lupa, maka dia tidak wajib mengqadha’ dan membayar kafarat, berdasarkan riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ, فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ, فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللهُ وَسَقَاهُ.
“Barangsiapa yang lupa bahwasanya dia sedang berpuasa, lalu dia makan atau minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya Allah telah memberi makan dan minum kepadanya.” [1]
Ketiga, Muntah dengan sengaja
Sedangkan kalau tidak sengaja, maka tidak wajib atasnya mengqadha’ puasa dan membayar kafarat. Diriwayatkan dari Abu Hu-rairah z, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ ذَرَعَهُ القَيءُ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ وَمَنِِ اسْتَقَاءَ عَمْدًا فَلْيَقْضِِ.
“Barangsiapa yang muntah tanpa sengaja, maka dia tidak wajib mengqadha’ puasa, sedangkan barangsiapa yang sengaja muntah, maka wajib baginya mengqadha’.” [2]
Keempat, Kelima, Haidh dan Nifas
Walaupun hal ini terjadi pada detik terakhir dari siang (menjelang buka puasa), berdasarkan kesepakatan (ijma’) para ulama.
Keenam, Bersetubuh
Dan dengannya diwajibkan kafarat yang tersebut dalam hadits berikut:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhua, dia berkata, “Di saat kami sedang duduk bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, datanglah seorang laki-laki seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam binasalah aku.’ Beliau bertanya, ‘Apa yang telah membinasakan dirimu?’ Dia menjawab, ‘Aku telah berhubungan badan dengan isteriku sedangkan aku dalam keadaan berpuasa Ramadhan.’ Beliau bertanya, ‘Apakah kamu mampu memerdekakan seorang budak?’ ‘Tidak,’ jawabnya. Lalu beliau bertanya lagi: ‘Apakah engkau mampu berpuasa selama dua bulan berturut-turut?’ Dia menjawab, ‘Tidak.’ Beliau bertanya lagi, ‘Dan apakah engkau mampu memberi makan kepada 60 orang miskin?’ Dia pun menjawab, ‘Tidak.’ Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diam, dan di saat kami sedang dalam keadaan seperti itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi sekeranjang ‘araq * kurma, lalu beliau berkata, ‘Mana orang yang bertanya tadi?’ Orang itu pun menjawab, ‘Saya.’ Beliau bersabda, ‘Ambillah ini dan bersedekahlah dengannya!’ Laki-laki itu berkata, ‘Adakah orang yang lebih miskin dari pada kami wahai Rasulullah? Demi Allah tidak ada satu keluarga di antara dua tempat yang banyak batu hitamnya di Madinah yang lebih faqir dari pada kami.’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa hingga terlihat gigi taringnya, kemudian beliau berkata, ‘Berilah makan keluargamu dari sedekah itu.’”[3]
Sekian, semoga menambah kesempurnaan ibadah puasa kita
Hanya kepada Allah aku memohon pertolongan
Wabillahi taufiq
*(nantikan artikel selanjutnya tentang hal-hal yang boleh dilakukan ketika berpuasa)*
Akhuukum fillaah
Kang Ir
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA – Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 – September 2007M]
_______
Footnote
[1]. Shahih: [Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 6573)], Shahiih Muslim (II/809, no. 1155) dan ini adalah lafazhnya, Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (IV/155, no. 1923), Sunan Ibni Majah (I/535, no. 1673), Sunan at-Tirmidzi (II/112, no. 717).
[2]. Shahih: [Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 6243)], Sunan at-Tirmidzi (II/111, no. 716), Sunan Abi Dawud (VII/6, no. 2363), Sunan Ibni Majah (I/536, no. 1676).
* ‘Araq menurut fuqaha adalah keranjang yang memuat 15 sha’, yaitu 60 mud. Untuk 60 orang miskin, dan untuk setiap orang miskin mendapatkan satu mud. (Shahiih Muslim Syarh Imam an-Nawawi (VII/226).-pent.)
[3]. Muttafaq ‘alaihi: Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (IV/163, no. 1936), Shahiih Muslim (II/781, no. 1111), Sunan Abi Dawud (VII/20, no. 2373), Sunan at-Tirmidzi (II/113, no. 720), Sunan Ibni Majah (I/534, no. 1671).
0 komentar