نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُPada kesempatan kali ini kita akan melanjutkan pembahasan kita tentang ghibah. Pada tulisan sebelumnya kita telah menjelaskan apa itu ghibah? (definisi ghibah). Masih ingat? (jika lupa atau mungkin baru baca tulisan #sayNOtoGHIBAH silahkan baca tulisan sebelumnya disini)“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR. Bukhari no. 6412)
Pada kesempatan kali ini kita akan mencoba membahas beberapa point dari bahaya ghibah.
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang bahaya ghibah, mari kita simak sejelak nasihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang menjaga lisan berikut ini,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Bagaimana dengan perkataan kita hari ini? Sudahkah kita berkata baik? ingatlah wahai saudaraku yang amat aku cintai bahwasanya seseorang tidak dikatakan beriman (tidak sempurna imannya) sebelum ia berkata baik atau jikapun perkataannya tidak baik atau dia ragu perkataannya baik atau tidak maka hendaklah dia untuk diam.مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih)
Dan ketahuilah, ketika kita ingin menjadi muslim/muslimah yang paling baik maka hendaklah kita menjaga lisan kita dari mengganggu saudara-saudara kita, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيِّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرً قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِKetahuilah saudaraku sekalian, salahsatu bentuk kita menggangu saudara kita dengan lisan adalah dengan menghibahinya. Dan sungguh majlis ghibah, permbicaraan ghibah amatlah banyak dan merajalela dalam kehidupan kita. Bahkan ada survei yang mengenaskan, bahwasanya disuatu negara masyarakatnya terbiasa mengghibah lebih dari 5 jam. Dan memang demikian, setiap orang sangatlah rentan terkena majlis ghibah (termasuk penulis) bagaimana tidak, sedangkan kita sangatlah sering membicarakan orang lain, awalnya mungkin tema pembicaraan kita tidak bermaksud untuk ghibah, akan tetapi semakin lama maka ghibah-ghibah mulai bermunculan. Sebagai contoh, ketika kita sedang mengerjakan tugas atau mungkin sedang duduk-duduk manis didepan laptop (sambil wifi gratisan di kampus) kemudian salahseorang dari kita berkata dan mengeluhkan tugas kuliahnya yang banyak. Untuk lebih jelasnya mari simak ilustrasi berikut,
“Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Siapakah orang muslim yang paling baik?’ Beliau menjawab, ‘Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.’” (HR. Muslim No. 65)
Mahasiswa 1 : pusiiiiing… banyak banget nih tugas, harus di tulis tangan lagi.
Mahasiswa 2 : tugas apa bro?, hehe hari gini masih tulis tangan, apa kata mbah google,,
Mahasiswa 1 : iya, biasalah dosen tua mah gini (nah… nah… nah… mulai ghibah ini)
Mahasiswa 3 : oh iya, gua juga sama bro, dosen-dosen tua di jurusan gua juga kalo ngasih tugas pasti di tulis tangan udah gitu tugasnya banyak banget lagi, emang susah kalo dosen tua, pengen menang sendiri aja
Mahasiswa 4 : kalo gua mah dosen-dosennya muda-muda sih, jadi tugas-tugasnya gak begitu berat, tapi kalo ngasih nilai pelitnya minta ampuun, susah banget deh dapet nilai B tuh.
………… dst
Atau mungkin ketika kita berkumpul di depan kelas, atau mungkin setelah kita selesai rapat di himpunan atau ukm. Terkadang ada saja yang tiba-tiba berkata, “eh.. eh.. tau gak si fulan sekarang sudah berubah”. “berubah gimana maksudnya?”, jawab mahasiswa lain. “itu tuh, kemaren aku liat dia …….. dst”
Dan masih banyak lagi contoh-contoh ghibah lainnya. Dan berhati-hatilah saudaraku. Ketika ada salahseorang dari sahabat kita yang memulai berghibah atau mungkin kita yang tak terasa mulai mengatakan perkataan yang mengghibahi seseorang, maka berta’awudlah memohon perlindungan kepada Allah dan hentikanlah pembicaraan atau alihkan tema pembicaraan kepada tema lain yang lebih bermanfaat.
Kaidahnya : Ghibah adalah engkau membicarakan keburukan atau kejelekan saudaramu yang sedang tidak bersamamu, padahal ia tidak suka kejelekannya tersebut dibeberkan kepada orang lain.
Dan ketahuilah saudaraku seiman, bahwasanya salahsatu penyebab seseorang sering mengghibahi saudaranya adalah karena ia tidak tahu akan bahaya-bahaya ghibah. Makanya, pada kesempatan ini kita akan mencoba membahas beberapa point dari bahaya-bahaya ghibah.
Bahaya pertama, GHIBAH ADALAH DOSA BESAR.
Ketahuilah saudaraku bahwasanya ghibah merupakan dosa besar. Semua ulama sepakat bahwasanya ghibah merupakan dosa besar. Maka ketika kita membicarakan kejelekan orang lain sungguh kita telah menjerumuskan diri kita kepada dosa besar.
Bahaya kedua, GHIBAH SAMA SEPERTI MEMAKAI BANGKAI SAUDARA KITA
Allah subhanahu wa ta’alaa berfirman dalam surah Al-Hujurat ayat 12,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ وَ لَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ ١٢Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati (bangkai)? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (Al-Hujurat : 12)
Jelaslah sudah dalam ayat ini ketika kita mengghibahi saudara kita sama saja kita dengan memakan bangkai saudara kita.
Saudaraku yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’alaa, misalkan kita sedang bertamu kepada salahseorang sahabat kita, ketika jam makan siang. Lalu kita diminta memakan jamuan yang telah dia masak dan persiapkan. “eh, kebetulan bro, gua udah masak makanan spesial nih”. Maka kita pun duduk manis di meja makannya. Dan ternyata makanan spesial pada siang itu adalah ayam bangkai panggang spesial. “ini bro! Ayam bangkai panggang spesial, spesial bangkai 10 hari yang lalu, spesial buat lo bro!.
Kira-kira kita bakal makan gak hidangan spesial itu? Jawabanya pasti tidak. Misalkan ketika kita menolak makanan bangkai spesial yang dihidangkan kepada kita siang itu, maka dia terus mendesak. “ayolah bro! Gua udah masakin spesial nih, masa sih gak di makan? Tega lo bro!” apa kira-kira respon kita? Pasti kita akan mulai marah, bahkan ketika dia terus mendesak dan memmaksa kita untuk makan bangkai panggang itu maka mungkin kita akan marah dan emosi, bahkan bisa saja kita pukul dia, dan diapun membalas pukulan kita, maka terjadilah yang terjadi, beramtemlah kita di depan meja makan itu. Karena apa? Karena sahabat kita memaksa kita memakan bangkai ayam.
Ini cerita untuk bangkai ayam. Bagaimana jika yang dia suguhkan adalah bangkai manusia? Apa respon kita? Ya, pastilah kita akan semakin geram dan tak terbanyang akan seperti apa baku hantam antara kita dan dia.
Dan ketahuilah saudaraku, ketika sahabat kita mulai mengghibahi seseorang dihadapan kita itu sesungguhnya dia sedang menyuguhkan bangkai manusia dihadapan kita. Dan ketika kita duduk nyaman bahkan merespon dengan baik ghibahannya itu sampai akhirnya kita terlena pada majlis ghibah, maka sungguh kita sedang menyantap bangkai manusia bersamanya. Sangat miris memang, ketika kita melihat bangkai ayam disuguhkan kepada kita, kita akan berusaha keras menolaknya. Akan tetapi ketika kita disuguhkan bangkai manusia (melalui ghibah) justru kita malah asyik makan bersamanya. Kemana logika kita?
Dan ketahuilah saudaraku sekalian, ghibah sama dengan memakai bangkai manusia (saudara kita) hal ini bukanlah analogi karena dosanya yang amat besar tapi ini memang benar-benar akan terjadi, mari kita simak sebuah hadits dari abu Hurairah .
“Barangsiapa yang memakai bangkai manusia di dunia (mengghibahi seseorang-pent) maka pada hari kiamat nanti akan dihadapakan dengan bangkai manusia. Dan dikatakan kepadanya, makanlah bangkai tersebut sebagaimana ia memakannya di dunia, maka dia terpaksa memakannya, lalu raut mukanya pun berubah dan dia berteriak karena mual melihat bangkai tersebut”Sungguh kelak Allah akan menyiapkan untuk orang yang berghibah di dunia. Jika kita di dunia mengghibahi 10 orang maka kelak Allah akan menyodorkan 10 bangkai manusia dan kita harus menghabiskan 10 bangkai tersebut, jika 100 orang yang kita ghibahi maka 100 bangkai juga yang harus kita makan, dan begitu seterusnya.
sangguh kita memakan bangkai manusia di hari kiamat? Jika tidak sanggup dan memang tidak akan sanggup, mengapa kita masih sering mengghibahi orang?
Itulah dua bahaya dari ghibah dan masih banyak lagi bahaya-bahaya lainnya. Namun pada kesempatan kali ini kita hanya akan membahasan dua bahaya ghibah saja, Insya Allah untuk bahaya-bahaya yang lainnya kita akan bahas pada kesempatan yang lain. Wallahu a’lam
Mari kita memohon kepada Allah agak kita dijauhkan dari kebiasaan mengghibah, dijauhkan dari majlis-majlis ghibah, dijauhkan dari orang-orang yang hobi mengghibah. Allahumma aamiin.
————————-
Sumber : Ceramah Islam (Rekaman Audio Kajian dari www.radiorodja.com) Adab dan Akhlaq Seorang Muslim dengan Pemateri Ustadz Muhammad Nuzul Dzikry, Lc.Hafidzahullah
Irfan Abu Ibrahim
0 komentar