Beberapa saat tadi, usai shalat maghrib, Aagym menyampaikan beberapa patah kata. Dan diantaranya, ada yang sangat menyentil diri ini. Beliau mengatakan, “Jika kita disibukkan dengan hal-hal yang baik, maka kita tidak akan disibukkan dengan maksiat. Maksiat itu ketika kita kurang mengingat Allah.” Jleb. Ya Allah, terima kasih telah kembali diingatkan dengan kata-kata ini. Kata-kata yang mungkin sudah kerap kali didengar, namun rasanya baru tadi kata-kata itu sampai ke hati.
Diilustrasikan oleh Aagym, “Ketika thawaf, itu campur akhwat ikhwan, tapi tidak ada maksiat disana. Mengapa? Karena semuanya berdzikir, semuanya ingat Allah. Begitulah, maksiat dimulai ketika kita tidak mengingat Allah.” Tiiing, alarm flashback mulai menyala. Teringat satu kalimat, “Tidak ada 2 cinta dalam 1 hati.” Aku mengenal kalimat ini, ketika aku bertanya kepada seorang teteh, “Apa hukumnya mendengarkan musik?” dan beliau menjawab, “Mendengarkan musik itu sebenarnya mubah, namun ada juga kelompok yang memakruhkan bahkan mengharamkan untuk mendengarkan musik, dengan alasan, ‘Tidak ada 2 cinta dalam 1 Hati’ ketika di satu sisi kita lebih memilih untuk mendengarkan lagu, maka disisi lain kita tidak sedang mencintai ayat-ayat Allah.” Ya kurang lebih seperti itu jawabannya. Dan kusimpulkan, ini cocok dengan statement yang disampaikan oleh Aagym tadi.
Memang benar adanya, dalam satu waktu, kita hanya akan bisa memilih satu hal dan meninggalkan hal lain, bahkan salah satu temanku dari jurusan psikologi mengatakan, “Manusia hanya bisa melakukan satu hal dalam satu waktu”. Benar adanya yang Aagym ucapkan, “Hidup adalah pilihan, dan pilihlah apa yang Allah suka”. Artinya, setiap waktu, kita akan terus menerus dihadapkan pada pilihan-pilihan. Entah itu antara baik dengan baik, baik dengan buruk, halal –haram, dan lain sebagainya. Pada akhirnya, kita akan memilih salah satu perkara dari pilihan itu.
Teringat kisah Fatimah, mungkin sudah menjadi pengatahuan umum bagaimana romantisme Fatimah dan Ali. Fatimah mengatakan bahwa dulu beliau sempat sangat mencintai seorang pemuda, dan ia adalah Ali. Dan aku pernah mendengar orang melontarkan kata, “Bahkan syaithan pun lupa bahwa Fatimah sedang jatuh cinta”. Kau bisa bayangkan, seberapa besar rasa itu berusaha disembunyikan oleh Fatimah. Dan tentu, syaithan tidak pernah luput untuk menggoda manusia, begitupun Fatimah. Maka disini yang kita lihat adalah, Fatimah memilih untuk melakukan hal lain “disibukkan dengan hal-hal yang baik, dan senantiasa berdzikir kepada Allah, hingga tak ada celah syaithan untuk menggodanya melakukan maksiyat meskipun dalam hatinya ia sedang mencintai Ali. Maka, kita belajar dari Fatimah, sibukkanlah diri dalam kebaikan, jangan lengah, hingga syaithan tak punya celah untuk dapat menggoda kita untuk mengikutinya.
Untuk kamu dan juga aku, selamat memilih, selamat menyibukkan diri, selamat menjaga dzikir pada Allah. Semoga kita diberikan kecenderungan hati kepada-Nya. :)
Note:
Ada doa Nabi Muhammad yang kudapat dari buku Bujang, cantik sekali..
Ya Allah, aku memohon cinta-Mu
Cinta orang-orang yang mencintai-Mu
Dan cinta kepada amalan yang dapat mendekatkan kepada cinta-Mu
Annisa Maryam
0 komentar