Jumat, 25 Maret 2016

Sederhana dan Analogi

Sebelum mulai sharing, Aku ingin bercerita tentang kejadian sesaat tadi, sepulang dari ADM. Berjalan bersama seorang teman perempuanku. Aku mendongakkan kepala dan aku mendapati di langit, ada beberapa bintang yang sedang berkedip manja. Aku berseru, “Ih, ada bintang, dari kemaren aku liat bintang mulu ih, sukaa,”. Lalu tiba-tiba dia berkata, “bintang itu terlihat indah ketika dia jauh”. Dan setelah itu, dia mulai berceloteh mengenai satelit dan kata-kata puitis lainnya. Namun, di akhir dia katakan, kata pertama yang dia ucapkan tadi, adalah untukku. (Aku takkan bercerita tentang apa yang ia maksud)

Aku sangat senang “bermain” dengan analogi akhir-akhir ini. Aku rasa, analogi ini metode yang efektif terutama untukku, yang kapasitas menalarnya standar. Karena dengan analogi, kita dapat memahami hal-hal yang kompleks atau sulit dimengerti, menjadi mudah untuk dipahami. Analogi itu menjelaskan hal yang rumit dengan hal yang sederhana, membuat otak kita untuk tidak terlalu berpikir keras.

Dua paragraf diatas aku tulis saat 19/04/2014 lalu. Dan hari ini, aku lanjutkan.
Namun membuat analogi tak semudah yang dibayangkan. Kau tau mengapa? Analogi adalah bentuk penyederhanaan dari hal yang hendak kita sampaikan agar mudah diapahami. Dan menyederhanakan sesuatu itu tak mudah, terutama sesuatu yang rumit. Beberapa waktu lalu, aku melihat sebuah gambar yang bertuliskan, “ Kesederhaan wanita dalam berpakaian mencerminkan kedalaman ilmunya”. Ah, aku lupa redaksi kalimat itu, kurang lebih seperti itu. Belum lagi, dari tweet sesorang aku membaca, “Jika orang itu belum mampu menjelaskan sesuatu dengan simple artinya dia belum memahami hal itu dengan baik-Albert Einstein” Ya, kurang lebih seperti itu juga.

Kau tau maksudku? Bahwa analogi yang sederhana itu dihasilkan dari kedalaman berpikir, pemahaman yang baik dkk. Salah seorang dosen yang kukagumi, ia menganalogikan hal yang selama ini masih berantakan di kepalaku dengan hal yang sangat sederhana yang mudah dipahami. Semua yang berantakan itu seketika tersusun rapi, aku mengerti maksudnya.


Maka, begitulah seharusnya kita. Memahami, hingga akhirnya mampu menyederhanakan. Seperti orang yang paham itu, yang memiliki alamat dan jelas tujuannya. Dan orang yang masih bingung itu, seperti orang yang tersesat, semakin dia menjelaskan dan mengira-ngira apa yang sebetulnya tidak dia pahami, akan semakin jauh dari alamat yang dituju.

Mari sama-sama untuk belajar memahami, apapun itu. Kau adalah calon guru, jika pun bukan guru di kelas, kau pun sebetulnya adalah guru untuk dirimu sendiri. Dan semoga menjadi guru untuk anak-anakmu kelak. Belajarlah untuk memahami sebelum menjelaskan. Karena, bagaimana orang mampu memahami, jika kau pun tak memahami apa yang hendak kau pahamkan pada orang lain. Lebih banyak belajar dan mencari. Selamat mengarungi samudera ilmu Allah, selamat menemui hal-hal baru yang menakjubkan.

NB : Maaf, jika mungkin, kau tak paham apa yang kusampaikan. Diri ini pun sedang belajar, harap dimaklumi. Semoga kedepannya bisa lebih baik.



ANNISA MARYAM
Load disqus comments

0 komentar