Dengan sejumlah aktivitas beliau di berbagai tempat, alhamdulillah beliau masih bisa menyempatkan waktu untuk hadir dalam majlis ilmu kami. Menyampaikan kepada kami, tentang “Kepribadian Al-Qur’an”. Awal sekali beliau sampaikan ketika hendak memberikan materi, beliau perintahkan kepada kami untuk membuka surat Al-A’rof: 175.
“وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ
Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita orang-orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami kepadanya, kemudian mereka melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda) maka jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat.”Begitulah kurang lebih terjemahan ayatnya. Lalu beliau mengatakan bahwa nikmat dari kitabullah ini, nukan hanya membaca dan menghafal, namun memahaminya, mengerti ayat tersebut. Dan salah satu jalan untuk memahaminya, adalah dengan memahami tafsirnya, dan pun mengetahui asbabun-nuzul ayat tersebut. Maka, beliau mulai membacakan beberapa tafsir mengenai ayat ini terutama tentang asbabun-nuzul ayat ini diturunkan. Berikut beberapa catatan yang sempat saya tuliskan:
- Menurut riwayat Imam Malik bin Dinar (tabi’in), ayat ini berbicara tentang Bal’am bin Ba’ura, diberitakan bahwa Bal’am merupakan seorang lelaki yang hidup di zaman nabi Musa, sangat cerdas bahkan hampir mendekati derajat kenabian hingga pernah suatu ketika beliau diminta untuk mendakwahi Raja Madyan, dan Raja Madyan pun menerima apa yang disampaikannya. Bahkan Allah pun selalu mengabulkan setiap doanya. Namun, pernah suatu ketika, beliau diminta oleh kaumnya untuk berdo’a agar Nabi Musa dan pengikutnya, tidak dapat masuk ke Nageri Jabbariyyan (kalau tidak salah ada di surat Al-Maidah). Kemudian dikatakan bahwa doanya tidak terkabul, maka ia mengatakan bahwa “akhirat telah meninggalkanku, kirimkanlah kepada pengikut Musa, wanita-wanita. Dan 70.000 pasukan Musa saat itu kalah. Menurut Ats-Tsa’labi, doa Bal’am dikabulkan, hanya saja Nabi Musa pun berdoa agar doa Bal’am dicabut. Wallahu’alam
- Abdullah bin Amr bin Al-Ash (tabi’in) dan Zaid bin Aslam meriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan untuk mengisahkan tentang Umayyah bin Ubay As-Shalt Ats-Tsaqofy. Beliau hidup di masa Rasulullah saw. Beliau adalah seorang penyair yang sangat cerdas. Sangat paham kitabullah, namun beliau tidak beriman ketika Nabi membawa islam. Karena menurutnya, dialah yang lebih pantas untuk menjadi Nabi. Nabi mengatakan tentang Umayyah bahwa, “Syairnya tauhid, namun hatinya tidak beriman”. (Tafsir: Imam Al-Wahidi)
- Sa’id bin Al-Musayyib meriwayatkan bahwa ayat ini mengisakan tentang Abu ‘Amr bin Ashaifi. Beliau pun hidup di masa Nabi. Orang yang paham kitabullah, namun menolak untuk menerima ajaran islam yang dibawa oleh Nabi. Bahkan dikisahkan bahwa beliau pernah menantang Nabi, “Siapa yang salah, maka ia akan mati sendiri dalam keadaan terhina”. Dan Nabi mengiyakan. Ketika Nabi berhijrah ke Madinah, Abu ‘Amr meminta para pemuka Syam untuk menyerang Rasulullah di Madinah. Namun, ternyata, sebelum beliau meminta pemuka Quraisy, ia telah mati dalam keadaan terhina dan sendiri.
- Menurut riwayat Imam Ibn Abbas, ayat ini mengisahkan tentang Al-Basus. Orang shaleh yang memiliki satu istri dan satu orang anak, dan ia diberikan Allah 3 permintaan yang akan Allah kabulakan. Permintaan pertama, dimohonkan oleh istrinya, ia ingin menjadi wanita tercantik. Maka Al-Basus berdoa, dan jadilah ia wanita tercantik. Dan ternyata setelah ia menjadi cantik, ia meninggalkan suaminya. Maka Al-Basus memohon kepada Allah agar menjadikan istrinya seperti kodok. Dan jadilah ia kodok. Satu permintaan terakhir kemudian diminta oleh sang anak, dia mengatakan bahwa ia malu dikatai sebagai anak seekor kodok. Maka, suaminya berdoa agar semua kembali seperti semula. Dan itulah, keutaman tiga doa itu hilang, dan semua hanya seperti sediakala.
Itulah beberapa asbabun-nuzul dari beberapa tafsir. Jika kita terka satu persatu, tipe permasalahannya sama, mereka semua adalah orang shaleh, yang paham kitabullah, namun karena mereka bermaksiat, mengikuti syahwat dan mengikuti syaitahan, maka Allah cabut nikmat Kitabullah darinya.
Lalu Ustadz menyampaikan, bahwa Imam Ibn Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, ada 3 hal yang menjadi sebab dari maksiat, yang dapat mengakibatkan Allah cabut nikmat kitabullah darinya, yaitu:
1. Hati yang terikat pada selain Allah
Maka, ini bisa menjerumuskan kepada syirik. Hati yang terikat pada selain Allah, maka ia akan terikat kepada makhluk, kepada dunia, kepada pujian dkk. Maka dari itu, senantiasa luruskan niat kita dalam berkomitmen dengan Al-Quran, senantiasa ikatkan hati kita hanya kepada Allah semata. Karena jika niat, motivasi dan tujuan sudah salah, nikmat kitabullah itu takkan pernah kita rasakan. Karena hanya dengan menggantungkan asa dan harapan hanya kepada Allah, insyaAllah akan Allah hadirkan dalam hati kita nikmat berinterkasi dengan Al-Quran.
2. Mengikuti hawa nafsu amarah
Orang yang mengikuti hawa nafsu amarahnya, akan cenderung menjadi orang yang dzalim. Seharusnya orang yang berkomitmen terhadap Al-Quran itu memiliki perangai yang sabar, selalu jernih dalam berpikir, dan selalu tenang pembawaanya. Karena Al-Quran senantiasa menjadi penenang dan penentram hatinya.
3. Mengikuti hawa nafsu syahwat
Orang yang senantiasa mengikuti hawa nafsu syahwat akan menjadikan ia perlahan-lahan menjadi orang yang keji. Seseorang yang berkomitmen terhadap Al-Quran (terutama perempuan), harus mampu menjaga muru’ah (kehormatan) dan iffah (harga diri) nya. Tidak narsis, tidak gegana (gelisah, galau, gundah gulana), tidak ghibah, tidak tumor (tukang molor). Syahwat ini harus direduksi bukan dihilangkan. Karena hakikatnya kita adalah manusia, yang pasti memiliki syahwat. Maka eliminir motivasi dunia kita dengan banyak berdoa.
Begitulah, diri ini pun perlu dipertanyakan lagi. Sudahkah niatnya betul? Sudahkah bisa melawan untuk mengikuti hawa nafsu? Sudahkan Al-Quran itu menjadi karakter diri? Mari evaluasi, muhasabah diri. Jangan-jangan kita belum merasakan nikmat kitabullah itu karena niat kita yang salah, karena hawa nafsu yang sering kita kedepankan. Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang seperti dikisahkan diatas tadi, “orang yang Allah cabut nikmat kitabullahnya”. Dan semoga Allah takdirkan kita menjadi penjaga Al-Quran, bukan hanya di lisan, namun di hati, perilaku, dan pikiran kita merupakan cerminan dari Al-Quran. Hamasah ^_^
Sumber: Ceramah Ust. Suherman, Lc pada Jum’at, 10 April 2015, pukul 16.00 WIB.
ANNISA MARYAM
ANNISA MARYAM
0 komentar