Hal tersebut terjadi disebabkan karena pola pikir yang terlalu teoritis, yang telah terbentuk dari sejak lama, sehingga menganggap bahwa nikah itu perkara yang sangat sulit, yang memerlukan tahapan-tahapan tertentu yang mesti dilalui secara bertahap, seperti halnya sekolah, kuliah, kerja, sukses baru bisa nikah.
![]() |
nikah |
Padahal nikah itu adalah ibadah, dan Allah tidak memberatkan hambanya utuk beribadah kepadanya, Allah ta’ala berfirman:
يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ ١٨٥
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” [1]Namun disini Kita tidak akan membahas permasalahan nikah, yang jelas apa salahnya Kita mengetahui ilmu-ilmu tentang seputar pernikahan, walaupun Kita belum berniat atau bahkan belum kepikiran untuk kesana, karena seperti halnya kematian, menikah adalah hal yang Kita tidak tahu kapan, dengan siapa dan dimana Kita akan menikah. Sehingga dengan memiliki ilmu tentang perenikahan, maka Kita akan lebih siap ketika suatu saat Allah menurunkan rizkinya, Kita telah memiliki wadah unuk menampung dan mengelolanya dengan baik. Sebagai contoh, seorang akhowat tiba-tiba dilamar ikhwan yang sangat sholeh, atau seorang ikhwan yang tiba-tiba ditawarkan seorang ayah untuk menikahi anaknya yang sangat sholehah. Tanpa ilmu pasti Kita akan kaget, bingung dan tidak tau harus melakukan apa. Bahkan bisa saja rizky tersebut hilang bgitu saja dan kesempatan tersebut tidak akan pernah kembali lagi. Maka ujung-ujungnya malah gigit jari. Padahal dengan memiliki ilmunya, maka Kita akan lebih tenang dalam berfikir dan dapat mengambil keputusan terbaik dengan kondisi keadaan Kita saat mendapatkan kesempatan tersebut.Bahkan tidak jarang seorang akhowat atau ikhwan akan lebih tertarik atau memilih orang yang memiliki ilmu, karena dengan ilmu lah mereka akan mendapatkan kebahagiaan.
Begitu pula dengan kematian, jika seandainya kesempatan menikah dengan akhowat/ikhwan solehah/soleh gagal, maka sedikitnya masih ada kesempatan untuk memperbaiki lagi, akan tetapi jika kematian datang, maka tidak ada lagi kesempatan, yang ada hanya penyesalan yang berujung siksa yang sangat pedih, na’udlubillah. Maka dari itu wahai sodaraku, marilah Kita menuntut ilmu syar’i [2] sebelum kematian menjemput Kita. Karena dengan ilmu, Kita akan mengetahui jalan menuju tujuan utama Kita yaitu syurga. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
"Barangsiapa yang menempuh sesuatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mempermudahkan baginya suatu jalan untuk menuju ke syurga."[3]Adakah yang tidak ingin ke syurga? Maka Saya yakin orang yang memiliki akal pasti ingin ke syurga. Karena tempat kembali Kita hanya dua yaitu syurga atau neraka. Lalu apakah Kita sanggup ke neraka? Yang telah Rasulullah gambarkan dalam sebuah hadist yang menceritakan tentang pamannya Abu Thalib bahwa siksaan neraka yang paling ringan yaitu ketika kaki Kita menginjak, maka mendidihlah otak Kita. Na’udlubillah bahkan dalam riwayat lain bahwa panasnya api neraka yaitu 70 kali api dunia, yang mana api dunia saja sangat panas, tidak bisa Kita bayangkan bagaimana panasnya api neraka.
Maka dari itu minimal Kita menuntut ilmu untuk menyelamatkan diri dari api neraka, karena Allah memerintahkan demikian. Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ ٦
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” [4]Apakah berani Kita durhaka kepada Allah? apakah Kita siap dengan konsekuensinya? lalu bagaimana Kita memelihara diri Kita dari api neraka? Jawabannya yaitu dengan ILMU, yaitu ilmu syar’i. Karena dengan ilmu Kita akan mengetahui untuk apa Kita diciptakan, bagaimana cara beribadah yang benar, hal apa saja yang harus Kita tinggalkan, hal apa saja yang harus Kita jauhi. Dengan ilmu Kita akan mengetahui Halal dan Haram.
Dengan ilmu Kita akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Lalu bagaimana cara Kita mencari ilmu? Yaitu dengan mencari ustadz/ustadzah yang akidahnya lurus, keilmuannya kokoh, serta akhlaqnya baik. Maka Kita bisa belajar secara talaqqi [5] atau bisa juga dengan mengikuti ceramah-ceramahnya. Kemudian cara lain mencari ilmu yaitu dengan membaca buku-buku para ulama terdahulu yang keilmuannya telah terpercaya di seluruh dunia, di setiap zaman hingga saat ini, alhamdulillah telah banyak beredar buku-buku mereka yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia, kemudian membaca buku-buku ulama Kita yang ilmunya luas serta rujukannya jelas yaitu “Al-qur’an dan As-Sunnah bukan Sugan dan Cenah”.[6]
Walaupun dengan kesibukan yang berbeda-beda tidaklah menjadi alasan untuk tidak bisa menuntut ilmu, karena alhamdulillah dengan adanya teknologi Kita dimudahkan untuk menuntut ilmu. Sebagai contohnya Kita bsa menuntut ilmu di mobil, sambil tiduran, sambil mengerjakan sesuatu dan banyak lainnya. Yaitu dengan Kita mendengarkan kajian-kajian berbentuk mp3, video, atau E-book yang dapat Kita dapatkan dengan mudah, Kita tinggal download untuk mp3 silahkan kunjungi situs: kajian.net, untuk video silahkan kunjungi situs: yupid.com/yupid.tv, untuk E-book silahkan kunjungi situs: http://dear.to/abusalma atau cari maktabah abu salma. Dalam situs-situs tersebut terdapat banyak tema-tema yang sangat penting dan menarik, dari masalah tauhid, fikih, berinteraksi dengan alquran, cara meraih kebahagiaan, cara berbakti kepada otangtua bahkan masalah bekal pernikahan juga banyak dalam situs-situs tersebut.
Adapun ilmu yang sangat urgent dan sangat penting yang harus segera di pelajari dan diutamakan yaitu ilmu tentang Tauhid dan Fikih. Karena dengan mengetahui ilmu tauhid Kita akan terhindar dari perbuatan syirik [7], baik itu syirik besar maupun syirik kecil. Karena syirik merupakan dosa yang tidak dapat diampuni dan pelakunya terancam masuk neraka selama-lamanya. Kemudian ilmu fikih, karena hampir setiap aspek kehidupan Kita tercangkup dalam ilmu fikih, dari bagaimana cara beribadah agar diterima, cara berinteraksi dengan orang lain bahkan cara menikah pun tercakup dalam ilmu fikih.
Maka dari itu wahai saudaraku, marilah kita menuntut ilmu dan saling berbagi ilmu, jangan sampai kita menyesal karena tidak memanfaatkan umur kita untuk menuntut ilmu, padahal kebutuhan ilmu itu melebihi kebutuhan makan dan minum. Al-Imam Ahmad berkata “ kebutuhan manusia terhadap ilmu melebihi kebutuhannya terhadap makan dan minum, karena manusia makan dan minum dalam sehari hanya beberapa kali, sedangkan ilmu dimamfaatkan setiap hembusan nafasnya” [8].
Demikianlah beberapa tinta yang dapat Saya goreskan, semoga ini menjadi nasehat bagi diri Saya peribadi kemudian bisa bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga Allah ta’ala meluruskan niat Saya dalam menulis.
26 juni 2014
@Gedung PKM, UPI.
¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬___________________________
[1] QS. Al-Baqarah 185
[2] Ilmu Syar’i yaitu ilmu yang mempelajari tentang ilmu-ilmu Islam.
[3] HR. Muslim
[4] Q.S At-Tahrim 6
[5] Talaqqi yaitu proses pembelajaran secara langsung berhadap-hadapan dengan guru, mendengarkan dan memperdengarkan.
[6] Perkataan guru Saya, Ustadz Abu Yahya Purwanto hafidlahullah.
[7] Syirik yaitu menyekutukan Allah , baik itu dalam niat maupun perbuatan.
[8] dari buku Kunci-Kunci Mentadzaburi Hadis Nabi penerbit: Pustaka An-Naba, mohon maaf pengarangnya lupa.
Ditulis oleh: ARIE SEPTIANA
0 komentar