Selasa, 15 Desember 2015

Aku Mencintainya karena Allah

Jika kita berbicara tentang cinta maka pikiran kita akan tertuju kepada gambaran-gambaran keindahan, sehingga kebanyakan orang yang mendengar susunan 5 huruf ajaib tersebut akan sedikit meruncingkan kedua sudut bibirnya. Sebuah kewajaran karena itu adalah fitrah seorang anak Adam, Allah ta’ala berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan terhadap perkara yang dinginkannya berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenagan hidup di dunia. Dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik.” [1]

Ayat tersebut menjelaskan tentang hakikat kesenangan dunia yang dimiliki manusia, mungkin kita akan sepakat bahwa manusia yang masih normal (diatas fitrah) pasti pernah merasakan cinta atau mungkin diantara kita sekarang ini sedang merasakannya. Sebuah kewajaran dalam hati seseorang merasa jatuh cinta, entah siapapun itu baik orang kaya, miskin, seorang muda, tua ataupun seorang penjahat maupun seorang Aktifis dakwah.

Aku mencintainya karena Allah

Secara hakikatnya bahwasanya cinta itu pada dasarnya terbagi menjadi 2 bagian, yaitu cinta yang halal dan cinta yang haram. Cinta yang halal yaitu cinta yang diridhoi Allah SWT. Sedangkan cinta yang haram yaitu cinta yang dimurkai Allah, dan kita dapat mengetahui cinta yang dimurkai tersebut dari larangan-larangan Allah melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah.

وَكَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلۡأٓيَٰتِ وَلِتَسۡتَبِينَ سَبِيلُ ٱلۡمُجۡرِمِينَ ٥٥
“Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quran (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa” [2]

Adapun yang menjadi permasalahan adalah kurangnya kebanyakan orang dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah atau bahkan enggan untuk mempelajarinya. Sehingga yang terjadi banyak yang terjerumus kedalam cinta yang haram. Bisa kita lihat di zaman sekarang ini, orang-orang sudah tidak malu lagi bermaksiat di depan umum, bahkan hal tersebut telah menjadi lumrah dan dianggap biasa oleh kebanyakan orang. Lagi-lagi karena jauhnya manusia dari Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga ketidaktahuan menjadikan maksiat merajalela.

Adapun yang sangat memprihatinkan yaitu seseorang yang mendakwahkan Al-Qur’an namun masih tetap terjerumus kepada cinta yang haram. Itulah yang terjadi terhadap beberapa Aktifis dakwah yang telah tertipu oleh Syetan. Mereka merupakan orang-orang yang mulia, namun sangat disayangkan, entah mereka tidak tahu, atau mungkin tahu tetapi terkalahkan oleh hawa nafsu, yang jelas Syetan senantiasa terus-menerus menggoda anak adam, karena pemimpin mereka yaitu Iblis telah bersumpah di hadapan Allah untuk menyesatkan semua manusia.

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
Iblis berkata: “Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya.” [3]

Mereka menebarkan racun-racunnya disetiap celah yang ada pada diri anak adam. Itulah mengapa orang yang berilmu jauh lebih ditakuti Syetan daripada ahli ibadah, karena orang yang berilmu mengetahui apa saja jebakan-jebakan Syetan sehingga terhindar dari perangkapnya. Adapun kami yakin bahwa niat para Aktifis dakwah tersebut ikhlas karena Allah, namun karena fitnah yang begitu besar sehingga merekapun tertipu, salahsatu ketertipuannya yaitu seorang ikhwan dan akhwat yang merupakan sama-sama Aktifis dakwah, berinteraksi tanpa ada batasan syar’i, dengan dalil mereka saling mengingatkan dalam kebenaran serta kesabaran, mereka berinteraksi secara sering dengan alasan koordinasi yang baik adalah kunci kesuksesan dakwah, hingga timbulah virus merah jambu, yang mana hal tersebut merupakan awal dari segala keburukan.

Jika hal tersebut dibiarkan maka niat merekapun berbelok, sehingga waktu, tenaga, serta pikiran merekapun tersibukan oleh hal-hal yang haram sehingga hati mereka menjadi keras, bahkan ketika ada yang mengingatkan maka mereka menjawab, apa salah saya? Perasaan ini adalah fitrah, dan cinta ini adalah anugrah dari Allah. Lagipula saya mencintainya karena Allah. Padahal mereka jelas-jelas tertipu, seandainya mereka memperhatikan tentang larangan yang tertuang dalam sabda Rosululloh صلى الله عليه وسلم:

لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا وَمَعَهَا ذُو مَحْرَمٍ
“Sekali-kali tidak boleh seorang laki-laki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali wanita itu bersama mahromnya.” [4]

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqolani رحمه الله berkata: “Hadits ini menunjukkan bahwa larangan bercampur baur dengan wanita yang bukan mahrom (baik itu lewat alat komunikasi apalagi secara langsung) adalah ijma’ (kesepakatan) para ulama.” [5]

Hadist tersebut merupakan salah satu dalil dari banyak dalil yang melarang hubungan antara ikhwan dan akhwat yang bukan makhrom. Adapun karena virus yang sudah cukup berat maka mereka masih membela diri dengan dalil bahwa segala sesuatu itu tergantung niatnya dan niat mereka adalah baik, hal tersebut tidak lain hanya menambah keras hati mereka, mereka dibutakan oleh cinta yang haram, mereka menolak perintah Allah yang sangat jelas. hingga pada akhirnya mereka bisa terjerumus kedalam kekejian.

Maka dari itu agar kita terhindar dari hal tersebut hendaknya kita senantiasa terus menerus menuntut ilmu syar’i serta tidaklah cukup kita hanya membaca alquran sebatas membacanya saja, terlebih yang belum memahami bahasa arab, maka sangatlah penting untuk kita memahami alquran sesuai dengan pemahaman generasi terbaik yaitu generasi para sahabat serta generasi setelahnya. Adapun jika sodara kita yang terjerumus kepada fitnah tersebut maka kewajiban kita adalah mengingatkannya bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

“Sesungguhnya perkara halal itu jelas, dan perkara haram itu jelas; serta di antara keduanya terdapat perkara mutasyabihat yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Barang siapa yang menjahui syubhat itu,sungguh ia telah terbebas dari dosa, dalam agama dan kehormatannya. Sebaliknya, siapa yang terjerumus pada perkara syubhat berarti ia telah terjerumus dalam perkara haram.”[6]

Kemudian kita katakan kepadanya, apakah kamu cinta dia karena Allah ataukah kamu lebih mencintai dia daripada Allah? hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.

Demikian beberapa tinta yang bisa Saya goreskan, semoga ini menjadi nasihat bagi diri Saya peribadi kemudian bisa bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga Allah meluruskan niat Saya dalam menulis.

12 September 2014,




Diedit ulang @kontrakan mungil penuh cinta <>.

Penulis: Arie Septiana

[1] QS. Ali Imran: 14
[2] QS. Al-An’am 55
[3] QS. Shaad: 82
[4] HR. al-Bukhori: 1862, Muslim: 1338
[5] Fathul Bari: 4/100
[6] HR. Imam Bukhari, Muslim dan ashabun Sunan
Load disqus comments

0 komentar